Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar.
Sebaliknya, jika kekurangan air, maka proses metabolisme terganggu. Akibatnya bisa terjadi dehidrasi, yang pada tahapan lebih lanjut bisa menimbulkan kematian.
Menurut ahli gizi dan makanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Nuri Andarwulan PhD, komposisi tubuh manusia sebagian besar adalah air (cairan), yaitu sekitar 60 hingga 70 persen. Karena itu, air memegang peranan yang sangat penting dan tidak tergantikan.
Ia melanjutkan, air adalah esensial dan tidak bisa disintesakan. Ini berbeda dengan senyawa lain, seperti karbohidrat, lemak, dan protein. ”Lemak bisa disintesakan dari karbohidrat. Protein dan karbohidrat juga sama. Tapi, air tidak bisa disintesakan. Ia harus diperoleh dari luar tubuh,” ungkapnya.
Dehidrasi
Jika kekurangan cairan, tutur Nuri, tubuh akan terkena dehidrasi. Tingkatnya bisa ringan sampai berat. Dehidrasi yang berat bisa menimbulkan kematian.
Sel tubuh manusia, lanjutnya, berisi air. Kalau kekurangan air, maka sel akan kehilangan komponen intinya. ”Ini akan menganggu metabolisme. Dan ini berbahaya karena bisa menimbulkan kematian,” jelasnya.
Dehidrasi, masih kata Nuri, bisa terjadi karena penyakit diare. Penyakit ini disebabkan oleh mikroba dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh. Artinya, dalam tubuh terdapat racun. Kondisi ini menyebabkan air diserap dalam jumlah yang banyak ke dalam usus lalu dikeluarkan. Sehingga pada penderita diare, banyak cairan tubuh yang terbuang atau dikeluarkan.
Karena itu, penderita diare harus diberi minum dalam jumlah yang banyak untuk mengganti cairan tubuhnya yang hilang. ”Bahkan kalau perlu air minumnya diberi tambahan mineral. Yang banyak dikenal adalah oralit,” ungkap Nuri.
Dehidrasi juga bisa terjadi pada mereka yang melakukan olahraga berat sehingga banyak mengeluarkan keringat yang merupakan hasil metabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Jika banyak mengeluarkan keringat, berarti banyak cairan tubuh yang keluar. Karenanya, orang yang berolahraga berat juga harus memperbanyak minum.
Selain kedua hal tersebut, dehidrasi juga bisa terjadi pada orang yang berada di daerah yang sangat kering, misalnya kawasan Timur Tengah. Karena itu, masyarakat di sana biasanya mengenakan tutup kepala ketika keluar dari rumah. Ini untuk mencegah penguapan cairan dari dalam tubuhnya.
”Orang yang bekerja di ruangan ber-AC juga harus banyak minum. Sebab AC menyedot cairan yang ada di sekitarnya. Karena itu, orang yang sering bekerja di ruangan AC biasanya kulitnya kering. Apalagi jika minumnya sedikit,” paparnya.
Air sehat
Lebih lanjut Nuri menjelaskan, air yang harus diminum adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. ”Lebih detail lagi, air bisa diminum dengan berbagai syarat secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada batasannya,” sebut Nuri.
Sedangkan secara mikrobiologi, air yang sehat adalah yang tidak mengandung mikroba penyebab penyakit (patogen). Misalnya, bakteri E coli yang bisa menyebabkan diare dan salmonela yang bisa mengakibatkan tipus.
Kedua bakteri ini biasanya terdapat dalam kotoran atau tinja manusia. Dalam kondisi normal, air tidak mengandung dua bakteri tersebut. Jika ternyata mengandung itu, maka berarti telah tercemar oleh tinja manusia. ”Kalau sumber airnya benar, tidak akan tercemar oleh bakteri E coli dan salmonela,” ujarnya.
Pengolahan air
Untuk mendapatkan air sehat perlu dilakukan serangkaian proses pengolahan (water treatment). Perusahaan Air Minum (PAM/PDAM) memiliki mekanisme sendiri untuk pengolahan air sehingga siap dimasak. Yaitu lewat proses sedimentasi dan filtrasi.
Di negara maju seperti Jepang, Singapura, Amerika dan Eropa, air yang keluar dari kran bisa langsung diminum karena sudah steril. ”Sedangkan di kita belum seperti itu. Prosesnya belum sampai pada tahapan siap minum namun baru siap masak,” kata Nuri.
Sementara proses pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) lebih panjang lagi. Sterilisasinya menggunakan ozon dan ultra violet. Perusahaan AMDK memiliki standar internasional dalam pengolahan air minum. Dalam hal ini prinsip good manufacturing practice (GMP) dilakukan secara ketat.
Dengan demikian, semua jenis AMDK bisa diminum dengan aman. Sedangkan pada air isi ulang, setelah dilakukan pengujian sebenarnya aman. Hanya saja, yang bermasalah adalah botolnya.
”Kalau di perusahaan AMDK, pembersihan botol dilakukan dengan proses tertentu sehingga benar-benar bersih. Sedangkan pada air isi ulang, kita tidak tahu botolnya dibersihkan seperti apa. Jadi masalahnya ada pada botolnya dan bukan pada air isi ulangnya,” kata Nuri menerangkan.
Menurut anggota pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, beberapa kasus pengaduan masyarakat terhadap AMDK pernah diterimanya.
Meski tidak banyak, pengaduan tersebut tetap perlu diperhatikan. Komplain konsumen biasanya pada kualitas AMDK yang tercemar. Ini biasanya terjadi karena kesalahan pada proses penyimpanan. ”Kalau ada cemaran berarti komposisinya telah berubah. Ini artinya air kemasan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi,” katanya.
Jika ada pengaduan seperti itu, pihaknya lalu mengumpulkan barang bukti. Selanjutnya produsennya dihadirkan untuk dimintai informasi seputar produknya yang tercemar.
Perusahaan itu lalu mengecek ke bagian arsip. ”Jika arsipnya baik, maka berarti cemaran terjadi pada proses penyimpanan dan distribusi,” ujarnya.
Tips memilih Air Kemasan yang Aman
Tidak semua air minum dalam kemasan (AMDK) layak dikonsumsi. Bisa saja air tersebut tercemar zat-zat tertentu. Secara fisik, menurut anggota pengurus harian YLKI, Sudaryatmo, air minum kemasan yang tercemar terdapat semacam lendir di dalamnya. Jika hal itu ditemukan, maka berarti air minum kemasan tersebut tidak layak dikonsumsi.
Pencemaran, katanya, bisa dilihat secara fisik maupun kimiawi. ”Secara kimiawi, untuk mengetahui apakah air kemasan tercemar atau tidak, maka harus dilakukan pengujian laboratorium,” ujarnya. Karena itu, lanjut Sudaryatmo, konsumen perlu bersikap hati-hati dalam memilih air minum dalam kemasan.
Inilah sejumlah tips yang diungkapkannya bila kita hendak memilih air minum kemasan yang aman dikonsumsi.
1. Telitilah penampilan fisik air minum dalam kemasan, masih bagus atau tidak. Pastikan tidak ada semacam lendir di dalamnya. Sebab ini merupakan indikasi tercemar atau tidaknya sebuah produk air dalam kemasan.
2. Pilihlah produk yang mencatumkan label ingredient. Sebab kita akan mengetahui kandungan-kandungan dalam air kemasan tersebut. Misalnya tentang kandungan mineral dan kadar pH-nya. Selama ini sangat sedikit perusahaan air minum dalam kemasan yang mencantumkan ingredient dalam produknya. Padahal ketentuan itu diwajibkan dalam UU Perlindungan Konsumen.
3. Label tersebut akan sangat penting untuk mengetahui proses mineralisasi air kemasan tersebut. Apakah mineralnya berasal dari bahan baku atau karena diberi zat-zat mineral tertentu.
22 Maret: Hari Air Sedunia
World Water Day (WWD), Hari Air Sedunia, diperingati setiap tahun pada 22 Maret. Peringatan ini dilakukan sejak … Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai payungnya menugasi setiap organisasi di bawahnya untuk menjadi ‘ketua’ penyelenggaraannya.
Tahun ini yang ‘punya gawe’ adalah UNESCO, badan PBB yang mengurusi pendidikan, dan budaya. Tema WWD 2006 adalah Water and Culture, Air dan Kebudayaan. Intinya, mengingatkan bahwa setiap agama memperlakukan air sebagai sesuatu yang sakral, dan setiap negara dengan kebudayaannya pun memperlakukan air dengan menempatkan air sebagai barang yang ‘sakral’ sehingga harus dihemat, dan dipelihara. Setiap negara merayakan dengan kegiatan yang khas negara masing-masing.
Poin
* Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
* Secara kimia, air sehat memiliki kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineralnya terbatas.
* Secara mikrobiologi, air sehat tidak mengandung E coli dan salmonela.